ini salah satu cerita teman yang gak selesai haaha, dengan bahasa yang mungkin kurang jelas beserta judul yang belum ditemukan hihihi
PART 1
Malam yang indah. Aku merenung
lagi, menatap bintang penuh arti, mengubah tiap formasi sesuai keinginan
sendiri. Lihatlah bintang-bintang itu. Aku rasa mereka tak pernah sendiri. Aku
selalu merindukan mereka ketika awan tak jua pudar bahkan semakin menebal.
Begitulah rasa rinduku padamu. Penghalang yang semakin lama tak memiliki
kemungkinan untuk ditembus. Penghalang yang sempurna. Ia disebut dengan Hijab.
Tapi tenang, aku takkan pernah menyalahkanmu wahai Hijab. Aku bahkan bersyukur
karena kau datang disaat yang tepat, dimasa remajaku yang memang harus
terkendali sejak dini. Aku bisa. Cukup kuatkan kesabaran. Ya, aku selalu yakin
akan janji-Nya.
Aku dan Rara Berjalan menyusuri lorong
tua yang sudah lumutan.
“Mas Dan
terlalu sibuk urus kampus sebesar ini sendirian, andai saja Pak Dekan menambah
petugas kebersihan di kampus ini, lumut-lumut itu tak kan mungkin jadi
pengganggu kenyamanan penglihatanku” Ungkapku sinis.
“Ya udah Aisyah manis, kamu aja yang dampingin Mas Dan buat ngebersiin kampus kita ini haha”
Sahut Rara sembari tertawa.
Aku
pun melangkah lebih cepat, mendahului Rara yang terlihat geram karena cubitan
tajamku. Haha. Aku selalu senang menjahilinya. Rara adalah sahabat dekatku
sejak masih duduk dibangku SMP dan apalah dikata jika takdir berkehendak,
ternyata Aku dan Rara berjodoh hingga duduk berdampingan di bangku Kuliah.
“Hei, Aisyah. Jangan kabur kamu” Teriak Rara sambil
mengejar. Dengan tinggi badan yang menjulang, Ia selalu terlihat kaku saat
berlari.
Aku tetap mengabaikannya dan mempercepat
langkah, setengah berlari. Dan sesaat kemudian “Brukkk” Aku menabraknya. Tanpa
sengaja aku beristigfar lagi dihadapannya meminta maaf dan kemudian berlari
cepat. Hanya sepersekian detik berlari, dengan nafas yang masih terengah aku
pun sampai di kelas. “Alhamdulillah, Ya Allah kenapa Aku harus bertemu
dengannya pagi ini, jauhkan Dia Ya Allah, Aku mohon” Pintaku dalam hati.
Tentangnya. Bisakah aku bercerita banyak?
Mendeskripsikan tentangnya saja aku selalu tak punya keberanian. Yang aku tahu,
dia adalah seseorang yang tak jarang membuatku tersenyum sendiri, beristigfar lebih jika mengingatnya, tak
kadang membuatku menangis, dan tak pernah absen dalam daftar doa-doa yang
selalu kupanjat tiap sujud malamku.
Sudah tiga tahun menimba ilmu di
kampus tercinta ini, dan sebentar lagi semua yang kualami disini, semua cerita
yang tak kunjung dinadakan suara, tak jua tersikap dengan langkah akan hilang
dan lenyap seketika, atau bisa saja terbawa sampai kelak nanti.Saat seruan hati
mulai berkecamuk tak terkendali. Tumpukan skripsi mulai bertebaran di kamarku.
Membuatku lebih bersemangat untuk menyelesaikan status mahasiswaku di kampus
yang tercinta ini. Meninggalkan semua
kenangan, kenangan yang tetap takbersua dengannya.
Hari ini kampus tetap terasa sejuk
dipandang mata. Bagaimana tidak, pohon yang berbaris rapi hanya hampir
berselang satu meter jaraknya. Semburat jingga tak pelak membuat tiap mata yang
memandang jatuh hati. Warna warni bunga kembang kertas menjadi panorama
tersendiri bagi mahasiswa yang tiap hari galau masalah skripsi.
“Ya Tuhan, sesaat lagi dan aku akan keluar dari sini
dan mengejar impianku sebagai Jurnalis profesional yang membawa dakwah bagi
seluruh penjuru dunia. Aamiin.” Sahutku pelan di bawah salah satu pohon Pinus.
Bersambung...